Al-Madjid: Pelajaran Praktis Membaca Al-Qur`an

Metode Al-Madjid ini memudahkan kita mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran. Sederhana, tidak ribet dan contoh-contohnya sangat taste Indonesia. Hanya Cak Nur yang mampu mementingkan dan melakukan sesuatu yang sangat penting, yaitu mengajarkan Al-Quran!

Mohammad Monib, MA Direktur Ekskutif Nurcholish Madjid Society (NCMS) dan Direktur Pelaksana Indonesian Conference on Religions and Peace (ICRP), Dosen Etika Bisnis, Prasetiya Mulya Business School

"Cak Nur berpendirian bahwa bisa membaca Al-Quran itu penting, terutama bagi orang Islam. Itu sebabnya, sejak dini ia mengajari anak-anaknya membaca Al-Quran. Bahkan dengan sengaja Cak Nur membuat metode baca Al-Quran sendiri, yang mana metode tersebut berbeda dengan metode-metode baca Al-Quran lainnya. Cak Nur memulai dengan huruf-huruf Arab yang ada padananannya hingga yang tak ada padananannya dalam bahasa Indonesia. Metode ini sangat memudahkan bagi anak-anak muslim Indonesia yang ingin belajar membaca Al-Quran. Saya kira, buku ini menarik dan bisa diuji-cobakan".

Dr. Abdul Moqsith Ghazali Dosen Tafsir al-Quran, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NURCHOLISH MADJID Nurcholish Madjid (Cak Nur) lahir pada tanggal 17 Maret 1939, bertepatan dengan 26 Muharam 1358 H, di Desa Mojoanyar, Jombang. Setelah lulus Sekolah Rakyat (SR), ia melanjutkan pendidikan tingkat menengahnya (SMP) di Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Jombang. Kemudian pindah ke Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Nurcholish Madjid merupakan alumnus Fakultas Adab IAIN Jakarta (kini UIN Syarif Hidayatullah). Ia mendalami sastra Arab dan sejarah pemikiran Islam. Skripsinya berjudul "Al-Quran, Arabiy-un Lughat-an wa Alamiy-un Manan", bermakna "Dari segi bahasa Al-Quran bersifat lokal (bahasa Arab) dan dari segi makna bersifat universal".

Studi master dan doktoralnya ditempuh di Universitas Chicago, AS, (1978"1984). Disertasinya berjudul "Ibn Taimiya on Kalam and Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam". Nurcholish Madjid sangat peduli dengan dunia pendidikan dan keilmuan serta wawasan keislaman. Selain meninggalkan karya-karya tulis yang sangat berharga, penuh spirit akademis, komprehensif, sufistik, inklusif, dialogis, ramah terhadap perbedaan dan kebhinekaan, ia mewariskan Sekolah Madania Parung Bogor dan Yayasan Wakaf Paramadina dengan Universitas Paramadina. Pemahaman keislamannya tersimpulkan dalam Islam, Keindonesiaan dan Kemodernan.